SAJAK SELIKUR

Sajak Selikur Membawa sebuah bentuk. Bentuk sajak bukan sekedar bentuk, dia adalah sebuah olah rasa, olah bahasa. Bentuk Sajak Soneta, Haiku, Rubiyat yang menunjukkan kekhasan sajak dalam bertutur atau bercakap sesuai masa (era waktu) sajak tersebut tercipta. Soneta sebagai bentuk sajak 14 baris sangat disukai bangsa Eropa pada masanya, Rubiat sajak 4 baris sangat diminati bangsa-bangsa Arab, dan Haiku sajak 3 baris dengan 17 suku kata menjadi ciri bentuk puisi Jepang.

Sajak Selikur adalah puisi baru dengan olahan bentuk pada gerak bahasa sajak yang membawakan percakapan panjang dalam tuturan penyair, imajinasi yang lepas dalam ruang narasi kehidupan atas tema atas wacana atas ide atau gagasan. Tapi bukan tema bukan wacana bukan ide atau gagasan yang sentral dalam bahasa sajak atau puisi, melainkan imajinasi.

Imajinasi menjadi pembawa bahasa sajak, sedang narasi pada tema, wacana dan gagasan menjadi bagian tak terpisah dalam Sajak Selikur, yang terdiri atas 21 (dua puluh satu) bagian sajak. Setiap bagian sajak terdiri dari 3 (tiga) bait (sesungguhnya ini bersifat bebas, bisa hanya 1 (satu) bait dan lebih. Bentuk naratif sajak umumnya, namun tak tertutup bagi yang lebih suka lirik. Penulisan Sajak Selikur ini akan menarik dan menantang minat kalangan penyair kelak karena memacu kemampuan diri dan keyakinan akan sajak Di dalam buku ini berisi tiga buah Sajak Selikur: Drupadi, Kota Ditinggal Waktu dan Kereta Dan Lokomotif. sajak Drupadi membawa gerak dan dinamika perjuangan perempuan memahami posisi dan takdirnya di ruang sosiologis.

Dinamika perempuan dari masa ke masa, masa lalu, masa kini dan masa depan. Sajak Kota Ditinggal Waktu menggambarkan bagaimana sebuah kota tak sekedar tempat, tapi ada pergolakan di dalamnya, ada kuasa yang saling bersentuhan dan menunjukkan sebuah relasi kuasa di dalamnya. sajak Kereta Dan Lokomotif memberikan atmosfir gerak kemajuan dalam dalam suatu riwayat dan sejarah. Kereta dan Lokomotif bergerak dalam rangkaian fakta, fiksi dan mitos.